Tuesday 31 March 2015

KANAL ION

http://pertanianpalolo.blogspot.com/ 


PENDAHULUAN
Kanal ion dapat ditemukan pada setiap jenis sel dan membantu mentransfer ion disepanjang membran secara teratur. Akibatnya, kanal ion seringkali memproduksi sinyal elektrik yang mengatur fungsi sel dan transduksi sinyal ke dalam proses yang melibatkan kejadian elektrik. Secara luas, kanal ion dapat dikategorikan menjadi kanal ion teraktivasi voltase (voltage – gated ion channel), kanal ion teraktivasi ligan ( ligand – gated ion channel), dan kanal ion mekanosensitif berdasarkan cara terbukanya ion. Oleh sebab itu, sebagian besar pembukaan kanal ion di atur oleh lebih dari satu mekanisme. Oleh sebab itu, terdapat banyak kesamaan antara ketiga kelas ini. Karena sifat pembukaan dan penutupan kanal ion yang sangat teratur dan jumlah molekul-molekul kecil yang ditemukan dapat mengaktifkan (membuka) atau menghambat (menutup atau menonaktifkan) kanal ion, kanal-kanal ion sering dipandang sebagai target kera obat yang menarik. Ada lebih dari 400 gen kanal ion yang mewakili lebih dari 1,5% gonome manusia, namun kurang dari 10 kanal ion yang saat ini telah menjadi target kerja obat yang ada.
Adapun keuntungan kerja obat pada kanal ion adalah:
1.      Kanal ion merupakan titik pertemuan komunikasi sel secara terpadu.
2.      Kanal ion membantu lewatnya ion dan modulasi kanal ion dapat memberikan efek yang bermakna.
3.      Ada beberapa subtipe yang mendukung target kerja obat.
4.      Sebagian besar kanal ion memiliki tempat pengikatan ligan tersendiri sehingga kanal ion sangat sensitif terhadap modulasi kimia.
Namun, sedikitnya obat yang bekerja pada kanal ion menunjukkan kalau ada kelemahan dari kerja obat pada kanal ion. Kelemahannya adalah sebagai berikut:
1.      Sebagian besar kanal ion terlihat lebih dari satu jenis sel sehingga kemampuannya untuk bekerja pada organ tertentu menjadi berkurang.
2.      Karena perannya sangat penting dalam homeostasis sel, modulasi kanal ion dapat menimbulkan efek samping yang berari.
3.      Kelemahan kerja obat pada kanal ion khususnya terlihat pada penyakit motilitas, karena belum ada kanal ion yang hanya terlihat di jenis-jenis sel kunci yang terlibat dalam pengendalian motilitas gastrointestinal.
Kanal ion dapat dikelompokkan menjadi dua kelas, yaitu kanal ion yang teraktivasi voltase dan teraktivasi ligan. Kanal ion dapat terlihat dalam berbagai keadaan, seperti tertutup, terbuka, dan nonaktif. Voltase membuka transisi kanal (gerbang) di antara keadaan tersebut sebagai respons terhadap perubahan potensi membran. Ligan membuka transisi kanal di antara keadaan tersebut sebagai respons terhadap pengikatan atau pelepasan suatu ligan. Dalam keadaan terbuka, ion bisa mengalir melalui suatu lubang kanal ion dengan kecepatan diatas 107 ion per detik. Uji fungsi berbasis sel adalah suatu syarat untuk skrining kanal-kanal ion di tingkat primer dan sekunder.
Kanal ion yang sensitif terhadap stimulus mekanis dapat memiliki banyak fungsi. Pada organisme tingkat tinggi, eksteroreseptor khusus mentransduksi suara, getar, sentuhan, dan gravitasi lokal. Interoreseptor menghasilkan umpan balik terhadap struktur muskular dan mengisi organ-organ yang berlubang, seperti dalam regulasi tekanan darah. Transduktor mekanis sel  menghasilkan kontrol aliran darah lokal, regulasi volume sel, pengendapan tulang yang tergantung tekanan, dan lain-lain. Sistem mekanis yang yang dikopel hormon, termasuk renin dan peptida natriuretik atrium, adalah mengatur volume cairan. Selainitu, ada transduktor autokrin dan parakrin yang menghasilkan pembawa pesan kimia seperti endotelium. Sebagian proses ini mungkin dipicu oleh kanal ion transient receptor-potential (TRP) dan kanal mekanosensitif (MSC)- baik sebagai mediator sinyal-sinyal pasca indera maupun sebagai target kerja yang baru untuk obat.

STRUKTUR KANAL ION
            Dalam lima tahun terakhir, kemajuan yang dahsyat telah diperoleh dalam menjabarkan struktur kanal-kanal ion. Sejumlah struktur kanal ion telah ditetapkan, termasuk struktur untuk kanal K+ (KcsA, MthK, dan KirBac1.1 dari bakteri, KvAP dari Pernix aeropyrum, dan wilayah intraseluler G1RK1 pada tikus), kanal C1 (kanal klorida C1C dari salmonella typhimurium dan E.coli), kanal ion teraktivasi ligan (wilayah pori pada nAChR torpedo, protein pengikat asetilkolin (AchBP) dari Stagnalis lymnaea (siput), wilayah pengikat ligan pada reseptor glutamat ionotropik (reseptor AMPA, KA, dan NMDA) dari spesies yang berbeda-beda, serta kanal lainnya (misalnya, kanal air aquaporin, kanal H+, dan kanal mekanosensitif).
            Kanal ini dibentuk oleh tiap sub unit yang melintasi membran plasma sebanyak dua kali, di antara dua struktur yang menjangkau membran ini terdapat suatu loop yang menyisip ke membran plasma. Empat dari sub-subunit ini bergabung untuk membentuk suatu kanal. Di pusat kanal yang dirakit ini terdapat suatu lubang sempit melalui protein, sehingga K+ bisa mengalir melewati membran. Pori ( yang biasanya disebut terowongan) ini dibentuk oleh loop protein, serta oleh wilayah-wilayah trans membran. Struktur pori ini cocok untuk mengonduksi ion-ion K+. Bagian tersempit berada di dekat mulut luar kanal. Bagian ini begitu sempit sehingga hanya K+ nonhidrat yang dapat melewati botol ini. Kation yang lebih besar, seperti Cs+, tidak bisa melewati daerah pori ini, dan kation yang lebih kecil, seperti Na+, sekalipun tidak bisa memasuki pori ini karena “dinding” pori ini terlalu jauh untuk menstabilkan suatu ion Na+ hidrat. Jadi, bagian kompleks kanal ini bertanggung jawab terhadap permeabilitas selektif ke K+ sehingga bagian ini disebut saringan selektivitas. Di bagian dalam kanal terdapat suatu rongga berisi air yang terhubung dengan bagian dalam sel melalui pori. Rongga ini mengumpulkan K+ dari bagian dalam sel. Dengan menggunakan beban negatif dari protein, rongga ini membuat ion-ion K+ dehidrasi. Ion-ion ini kemudian bisa bergerak melewati saringan selektivitas. Ringkasnya, struktur fisik kanal K+ ini memberikan gambaran rinci tentangg bagaimana ion dikonduksi dari satu sisi membran plasma ke sisi lain, dan bagaimana suatu kanal dapat ditembus K+. Ada kemungkinan bahwa kanal K+ lainnya, serta kanal ion yang lain, menggunakan struktur yang sama untuk mendapatkan selektivitas ion.

KLASIFIKASI KANAL ION
1.      Kanal Ion Teraktivasi Ligan
Kanal ion teraktivasi ligan (ligand-gated ion channels) adalah suatu kelompok besar yang terdiri dari protein-protein transmembran intrinsik yang membantu lewatnya ion ke suatu daerah yang berbeda dari pori konduksi ion. Pengikatannya secara langsung akan menyebabkan pembukaan atau penutupan kanal. Ligan ini bisa mengikat secara ekstraseluler (misalnya, glutamat, Ach, dan GABA) atau secara intraseluler ( misalnya, Ca2+) pada kanal pottasium yang teraktivasi Ca2+. Ligan tidak diangkut melintasi membran. Pengikatan ligan menyebabkan perubahan yang drastis pada permeabilitas kanal terhadap suatu ion tertentu. Tidak ada ion yang bisa melewati kanal ini jika sedang tidak aktif, namun hingga 10 ion per detik bisa lewat setelah pengikatan ligan.
Kanal ion teraktivasi ligan adalah protein permukaan sel yang memainkan peran penting dalam transmisi sinaptik secara cepat dan dalam pengaturan aktivitas sel. Karena sifat intrinsiknya, kanal ion teraktivasi ligan merespons terhadap neurotransmiter daan efektor lain (misalnya, pH) serta mentranduksi pengikatan suatu ligan menjadi arus listrik dalam waktu beberapa detik saja. Reseptor yang merupakan kanal ion teraktivasi ligan diantaranya adalah:
1.      Reseptor 5HT-3
Reseptor serotonin (5HT)3 adalah satu-satunya kanal ion teraktivasi ligan dari keluarga reseptor 5-HT. Reseptor ini ada di sistem saraf pusat maupun sistem saraf perifer, dan terlokalisir di sejumlah daerah yang terlibat dalam pengaturan suasana hati (mis., hipokampus dan korteks prefrontal).
Sintesis serotonin dimulai dengan asam amino esensial triptofan, yang dapat ditemukan di sejumlah makanan seperti pisang, kalkun dan susu. Enzim triptofan hidroksilase menambahkan suatu hidroksida ke cincin benzena milik triptofan sehingga membentuk molekul 5-hidroksitriptofan.
Kegunaan utama antagonis reseptor 5-HT3 dalam pengobatan adalah untuk emesis yang disebabkan kemoterapi. Namun, antagonis reseptor 5-HT3 juga memiliki kegunaan lain, misalnya mengurangi sakit, kecanduan, dan penyakit-penyakit psikiatri.
2.      Reseptor asetilkolin-nikotinik
Reseptor asetilkolin nikotinik (nAChR) adalah suatu kanal ion teraktivasi ligan, yang memediasi neurotransmisi di sambungan neuromuskularis, ganglia otonom, dan di beberapa lokasi si sistem saraf pusat.
3.      Reseptor GABAᴀ  dan GABAᴄ
GABA adalah transmiter asam amino penghambat yang utama pada sistem saraf pusat mamalia, GABA mewakili sekitar 40% dari seluruh neuron. Reseptor GABAᴀ (GABAᴀR) adalah suatu reseptor ionotropik dan kanal ion teraktivasi ligan.
4.      Reseptor glutamat
Reseptor glutamat ionotropik adalah kanal ion teraktivasi ligan, yang memediasi mayoritas neurotransmisi perangsang di dalam otak.
a.       Antagonis kompetitif reseptor glutamat
Antagonis kompetitif klasik tapak glutamat pada reseptor NMDA adalah turunan fosfona dari asam amino rantai pendek (lima hingga tujuh karbon) seperti AP5 dan AP7, sementara quinoksalindion yang mengandung halogen dan turunan asam kinurenat adalah antagonis tapak glisin kompetitif yang pertama di temukan.
b.      Antagonis nonkompetitif reseptor glutamat
Ifendropil bersifat neuroprotektif  pada hewan model dengan iskemia serebral lokal. Ifendropil dan beberapa analognya (termassuk eliprodil dan haloperidol) menghambat reseptor serotonin tertentu dan kanal kalsium selain reseptor NMDA sehingga membatasi kegunaannya.
c.       Penghambat nonkompetitif (noncompetitive blocker)
Suatu penghambat nonkompetitif bertindak hanya pada reseptor yang telah diaktivasi, bukan reseptor yang sedang istirahat. Ciri umum dari penghambat ini adalah bahwa tapak ikatnya hanya tersedia ketika kanal dalam keadaan terbuka.jadi, kecepatan penghambatan tergantung kepada penggunaannya dan semakin cepat jika kemungkinan terbukanya kanal semakin tinggi. Namun, jika telah terikaat, penghambat ini dapat diperangkap dengan penutupan kanal. Pemulihan dari kondisi yang terblokir dan terperangkap biasanya sangat lambat.
5.      Reseptor Glisin
Reseptor glisin (GlyR) adalah suatu protein yang melekat ke membran dan memiliki suatu pori Cl¯ selektif yang terpadu. GlyR adalah suatu anggota keluarga kanal ion pentamer teraktivasi ligan (LGIC).
a.       Struktur molekul reseptor glisin
Reseptor glisin (GlyR) penghambat adalah salah satu anggota superfamili reseptor nikotikoid, yang anggotanya juga termasuk reseptor asam γ-aminobutirat tipe a (GABAᴀR) (bersifat menghambat), reseptor asetilkolin nikotinik (NAChR) (bersifat menstimulasi), dan reseptor serotonin tipe 3 (5-HT3R).
b.      Medulator alosterik positif
Diantara obat-obatan yang memiliki sifat sebagai modulator alosterik positif akan dijelaskan sebagai berikut:
1.      Ivermectin
Ivermectin (yang lazim digunakan sebagai obat cacing pada praktik pertanian, peternakan dan manusia) memiliki efek  modulator positif terhadap sebagian besar reseptor cys-loop.
2.      Tropisetron dan analog
Beberapa antagonis reseptor 5-HT3 dengan struktur yang berkaitan ditemukan memiliki efek penguat dan/ atau penghambat terhadap GlyR.
3.      Butirolakton
Antikonvulsan butirolakton, œ-etil, œ-metil- γ – tiobutirolakton (œ-EMBTL), memperkuat respons terhadap konsentrasi glisin yang tidak maksimum pada GlyR homomerik œ-1 yang diekspresikan oost xenopus, namun menghambat respons ini pada GlyR homomerik œ-3. 
4.      Klorometiazol
Klorometiazol memperkuat arus Cl¯ teraktivasi glisin pada kultur neuron tulang belakang murin pada konsentrasi 30-100 µM.
5.      Dideoksiforskolin
Dideoksiforskolin adalah suatu analog forskolin yang tidak mampu menstimulasi adenilat siklase.
6.      Dihidropiridin
Dihidropiridin banyak digunakan untuk mengobati hipertensi kardiovaskuler. Dihidropiridin dianggap sebagai antagonis kanal kalsium tipe L yang sangat selektif pada konsentrasi nanomolar, meskipun pada konsentrasi mikromolar, dihidropiridin ditemukan dapat mempengaruhi berbagai jenis kanal.
c.       Antagonis reseptor glisin
Adapun obat-obatan yang memiliki aksi antagonis reseptor glisin dijelaskan, yaitu;
1.      Striknin dan analognya
Peran sentral alkaloid tanaman multisiklik, striknin, adalah dalam penandaan awal dan pemurnian GlyR. Striknin menghambat seluruh isoform GlyR yang diketahui dengan afinitas nanomolar, sensitivitas striknin, masih merupakan alat yang tepat untuk mengidentifikasi arus sinaptik glisinergik secara farmakologis.
2.      Pikrotoksin
Pikrotoksin ( suatu alkaloid makrosiklik dari tanaman) adalah suatu campuran equimolar dari dua komponen, yakni pikrotin dan pikrotoksinin, keduanya hanya dibedakan oleh satu gugus.pikrotoksi terbukti sebagai penghambat reseptor cys-loop anionik yang agak nonspesifik.
3.      Ginkgolida dan bilobalida
Ginkgolida A,B,C, dan J dan bilobalida adalah unsur aktif dari ekstrak gingko biloba dan ditemukan dapat menghambat kanal-kanal asli GlyR neuron.molekul-molekul ini semuanya adalah molekul-molekul tipe terpen trilakton yang mengandung banyak oksigen. Ginkgolida A,B,C dan J hanya dibedakan oleh jumlah dan penempatan gugus hidroksil.
d.      Reseptor purinergik
Reseptor P2 terdapat dalam dua keluarga yang berbeda, 1) keluarga kanal inotropik teraktivasi ligan P2X (LGIC), yang terlibat dalam neurotransmisi penstimulasi secara cepat, dan 2) keluarga reseptor yang dikopel protein G heptaheliks, metabotropik P2Y.